TMMD  

Ekspedisi Tondomulo, Membedah Jejak Babad Desa

BOJONEGORO, – Salah satu objek yang menurut riwayat warga setempat, diyakini memiliki historis yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan desa tersebut. Tim Ekspedisi Penerangan Korem (Penrem) 082/CPYJ bersama salah satu warga setempat, sebut saja Trisno, melakukan penelusuran seputar keberadaan “Punden” yang diyakini sebagai sejarah awal muasal Desa Tondomulo.

Sebagaimana diketahui, Desa Tondomulo masuk wilayah Kecamatan Kedungadem, dan ditempat inilah program terpadu lintas sektoral TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke- 105 Kabupaten Bojonegoro berlangsung. Di desa tersebut, selama sebulan penuh TNI, Pemkab berkolaborasi dengan warga setempat membangun sarana, dan prasarana publik.

Diceritakan Trisno, punden tersebut adalah tempat pertapaan dari sosok yang dihormati warga setempat, yaitu Kyai Panji Kusumo, dan Kyai Kusumo Sari atau keduanya lebih dikenal dengan nama “Mbah Kobot”.

Riwayat keduanya, ada dua versi, salah satu versi menceritakan, Kyai Panji Kusumo, dan Kyai Kusumo Sari adalah alumni perang Diponegoro atau perang Jawa, yang mengasingkan diri usai perang tersebut berakhir.

Mereka lalu bertapa untuk mencari jati diri yang sebenarnya dalam “kasunyatan” kehidupan. Pertapaan itu ditujukan kepada Yang tidak tersentuh, Yang tidak tergambarkan, dan Yang tidak terpikirkan.

Saat melakukan pertapaan, keduanya harus terlebih dahulu menghadapi tantangan dari berbagai jenis “makhluk astral” yang mendiami disekitar lokasi.

Akhirnya, mereka berhasil melewati tantangan tersebut, dan berlanjut dengan niat “babad tanah” atau membuka areal baru ditempatnya berada. Dari babad tanah itulah, “cikal bakal” munculnya Desa Tondomulo yang dikenal hingga saat ini.

Puncaknya, disini ada dua versi, yang pertama, mereka “moksa” setelah mencapai titik kesucian diri, dan yang kedua, mereka meninggalkan lokasi pertapaan, sekaligus melanjutkan pengembaraan.

Selama masa pertapaan, Kyai Panji Kusumo, dan Kyai Kusumo Sari selalu menekankan betapa pentingnya keharmonisan antara manusia dengan alam disekitarnya, kepada orang yang melewati disekitar lokasi keduanya bertapa.

Kemungkinan besar, dari situlah asal muasal tradisi “sedekah bumi” yang dilakukan warga setempat, sebagai ungkapan menghormati, sekaligus terima kasih kepada keduanya yang telah merintis terwujudnya areal pemukiman baru berstatus desa.

Dari riwayat tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa tradisi turun temurun di Desa Tondomulo ini, lebih identik pada pemikiran “sebab akibat”, dan tentunya, menjadi literasi tambahan dalam berbagai ekspedisi yang sudah dilakukan, khususnya potensi daerah. (candra)

Editor : ajie srtv

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *