QURBAN-HAJI BUKAN SIMBOLIK HEROIK RIYA’
srtv.co.id Nganjuk | Perkembangan semangat ritual beragama semakin hari semakin meningkat. Hal ini dapat kita lihat salah satu indkator pada hari ini di beberapa tempat naiknya jumlah kesadaran muslim yang berkorban. Demikian pula dengan jumlah haji, yang hari ini daftar untuk bisa berangkat harus menunggu sekitar 23 tahun.
Hal ini berbeda dengan masa kecil saya. Di satu desa/kampung di masjid jumlah qurban kambing tidak lebih dari 2 atau 3 ekor. Terkadang tidak ada. Dalam satu periode lama sekali terkadang baru ada sapi. Demikian pula dengan haji, sekitar tahun 2000 an atau sebelumnya, untuk mendaftar haji cukup 1 tahun sebelum keberangkatan.
Peningkatan kesadaran ini tidak lepas dari perjalanan generasi yang semakin meningkat secara ekonomi. Meningkat secara pendidikan. Meningkat dalam kesadaran sosial. Tentu juga memberikan dampak terhadap keyakinan/peribadatan. Peningkatan ini melahirkan keramaian tradisi/budaya dan keyakinan dalam beragama.
Melihat indikator tersebut, saya berkeyakinan di masa-masa yang akan datang, seiring perkembangan generasi, akan terus meningkat kesadaran peribadatan berqurban dan berhaji. Saat ini tidak sedikit anak-anak usia SMP-SMA yang sudah didaftarkan haji oleh orang tuanya. Anak-anak usia TK-SD yang sudah di qurbankan oleh orang tuanya selain aqiqoh. Dimana disuatu keluarga setiap tahun melaksanakan qurban yang secara urut diatasnamakan keluarga mulai dari orang tua dan dilanjut menuju anak-anaknya. Bahkan berlanjut kepada orang tua, kakek, buyut yang sudah meninggal.
Hal demikian bisa berjalan seiring meningkatnya perekonomian, pendidikan, kesadaran beragama, dan berdampak terhadap orang-orang yang berada di lingkungan sekitar. Itu terjadi di semua titik minilmal RW atau desa. Peribadatan berqurban dan berhaji menjadi sebuah tradisi dan budaya dalam mengamalkan ajaran rukun wajibnya berislam.
Tentu yang harus kita suara-sampaikan dalam peribadatan tersebut, supaya tetap dalam garis lurus ajaran adalah, peribadatan tersebut bertujuan untuk menguatkan ketauhidan seseorang dalam beragama. Berhaji dan berqurban membangun kekokohan keyakinan peribadatan atas perintah Tuhan. Hanya orang-orang beriman dan berkeyakinan kuat yang mau dan mampu menjalaninya.
Selanjutnya di samping pengkokohan ketauhidan, ada perjuangan seorang muslim yang luar biasa untuk bisa menjalani kedua perintah tersebut. Bukan saja perjuangan niat, tapi juga perjuangan fisik, harta benda, dan waktu. Perjuangan untuk melaksanakan perintah ajaran Islam. Dan untuk mencapai ini harus berjuang keras. Saya menyebutnya berjuang menyempurnakan keyakinan sebagai hamba. Hal ini bisa lahir atas kesadaran dan bersyukurnya seorang hamba atas semua yang telah diberikan oleh Tuhan dalam kehidupan ini.
Tradisi atau budaya dalam menjalani ajaran wajib ini akan melahirkan kepedulian sosial. Kepedulian yang harus dibangun bersama di tengah kehidupan masyarakat melalui medium perintah berqurban dan berhaji. Amalan-amalan tersebut bukan hanya sekedar heroik simbolik riya’ di tengah kehidupan masyarakat, tapi adalah peribadatan individu serius untuk membangun dan mengkokohkan ketauhidan, kesadaran perjuangan, dan berefek melahirkan kepedulian sosial.
Nganjuk, 11 Agustus 2019.
Penulis : Ali Anwar Mhd