SRTV.CO.ID – Kehujanan di Kediri tak selalu menjadi hal yang menyebalkan. Justru, hujan bisa menjadi pembuka gerbang menuju surga tersembunyi di kaki Gunung Wilis, yaitu Dad i House of River Side. Di sini, Anda akan disuguhkan dengan panorama alam yang memukau, mulai dari hamparan persawahan yang hijau, aliran sungai yang deras, hingga pegunungan yang menjulang tinggi.
Perjalanan Anda di Dad i House of River Side akan dimulai dengan berjalan di atas jembatan bambu yang kokoh. Pemandangan persawahan yang luas akan menyambut Anda di setiap langkah. Sesekali, Anda dapat melihat aliran sungai yang deras di bawah jembatan. Sejuknya udara dan suara alam yang merdu akan menemani perjalanan Anda.
Setelah melewati jembatan bambu, Anda akan menemukan berbagai tempat duduk unik yang tersebar di seluruh area. Ada yang berlatar belakang persawahan, gazebo, tenda, hingga rumah kayu. Anda bebas memilih tempat duduk yang paling Anda sukai untuk bersantai dan menikmati alam.
Di Dad i House of River Side, Anda juga dapat bermain ayunan yang disediakan. Berayunlah dengan riang sambil menikmati pemandangan indah di sekitar Anda. Jangan lupa untuk mengabadikan momen-momen indah di tempat ini dengan berfoto ria.
Setelah puas menjelajahi area wisata, Anda dapat mengisi perut di restoran yang tersedia di sini. Restoran ini menyediakan berbagai menu makanan dan minuman dengan harga yang terjangkau. Anda dapat menikmati hidangan lezat sambil ditemani indahnya pemandangan alam.
Harga tiket masuk Dad i House of River Side hanya Rp 10.000 per orang. Tiket ini dapat ditukar dengan makanan atau minuman di restoran. Tempat wisata ini buka setiap hari dari jam 10.00 WIB hingga 19.00 WIB (hari biasa) dan 21.00 WIB (akhir pekan).
Dad i House of River Side adalah tempat wisata yang cocok untuk Anda yang ingin melarikan diri dari hiruk pikuk perkotaan. Di sini, Anda dapat menikmati keindahan alam yang memukau, bersantai dengan tenang, dan menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih.
Dad i House of River Side, Surga tersembunyi di Kediri yang menanti untuk dijelajahi.
Reporter : Samsul Arifin