Berita  

5 Masjid Tertua Bersejarah di Jawa Timur

5 Masjid Tertua Bersejarah di Jawa Timur
SRTV.CO.ID – Jawa Timur tak hanya dikenal dengan keindahan alamnya yang memesona, tetapi juga menyimpan kekayaan budaya dan sejarah yang terpancar dari berbagai masjid bersejarah. Di balik tembok-tembok kokoh dan arsitekturnya yang memukau, tersimpan kisah-kisah masa lampau, misteri yang membangkitkan rasa penasaran, dan nilai-nilai religius yang mendalam.
Berikut adalah 5 masjid di Jawa Timur yang wajib dikunjungi untuk menelusuri jejak sejarah, misteri, dan keindahan arsitekturnya:
1. Masjid Tegalsari Ponorogo
Masjid Tegalsari Ponorogo, sebuah masjid bersejarah yang terletak di Dusun Gendol, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menyimpan jejak peradaban Islam di Bumi Reog. Didirikan pada abad ke-18, tepatnya sekitar tahun 1742 M, masjid ini menjadi saksi bisu dakwah Islam yang dilakukan oleh Kiai Ageng Muhammad Bashari, seorang ulama besar dan pelopor penyebaran agama Islam di Ponorogo.
Memasuki masjid, pengunjung akan disuguhkan dengan keindahan arsitektur tradisional Jawa yang menawan. Tiang-tiang kokoh terbuat dari kayu jati menopang bangunan masjid, memancarkan aura kesederhanaan dan keaslian. Di sisi luar masjid, terdapat batu sejarah peninggalan Majapahit yang memiliki makna simbolis sebagai penanda peralihan kepercayaan animisme masyarakat setempat menuju ajaran Islam.
Masjid Tegalsari Ponorogo tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat pendidikan dan syiar Islam di Ponorogo. Usia masjid yang mencapai 280 tahun menjadi bukti sejarah panjang dakwah Islam di wilayah tersebut. Keberadaannya menjadi simbol keteguhan iman dan identitas umat Islam di Ponorogo.
Menjelajahi Masjid Tegalsari Ponorogo membawa kita pada perjalanan menembus lorong waktu, merasakan atmosfer dakwah Islam di masa lampau. Di sini, kita dapat belajar tentang sejarah peradaban Islam di Ponorogo, meneladani semangat para pendahulu dalam menyebarkan agama Islam, dan memperkuat keimanan di tengah modernisasi zaman.
Masjid Tegalsari Ponorogo adalah sebuah warisan budaya dan sejarah yang tak ternilai. Keberadaannya menjadi pengingat bagi generasi penerus tentang perjuangan para pendahulu dalam menyebarkan agama Islam. Melestarikan masjid ini bukan hanya tanggung jawab umat Islam, tetapi juga seluruh masyarakat sebagai bagian dari upaya menjaga warisan budaya bangsa.
2. Masjid Al-Mubarok Nganjuk
Pernahkah kamu mendengar tentang Masjid Al-Mubarok di Nganjuk? Masjid ini bukan sembarang masjid, lho! Di balik kemegahan arsitekturnya, tersimpan jejak sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari aku media resmi Mahkamah Agung Pengadilan Agama Kabupaten Nganjuk dan YouTube NganjukTv, lokasi masjid terletak di Desa Ngrawen, Kecamatan Berbek, sekitar 8 kilometer (km) dari pusat kota Nganjuk.
Masjid ini tak hanya dikenal sebagai Masjid Al-Mubarok, tapi juga Masjid Yoni Al-Mubarok. Mengapa? Karena di halaman masjid terdapat Yoni Kuno, peninggalan Hindu yang kemudian difungsikan sebagai jam matahari untuk menentukan waktu salat.
Masjid Al-Mubarok didirikan pada tahun 1745 oleh Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sosro Koesoemo atau Kanjeng Jimat, Adipati Berbek pertama. Beliau berdakwah di tengah masyarakat yang mayoritas masih menganut Hindu.
Kegigihan sang Adipati akhirnya membuahkan hasil. Banyak penduduk yang memeluk Islam. Pada tahun 1745, beliau mewakafkan tanahnya untuk membangun masjid ini. Bagi penduduk yang tetap memeluk Hindu, beliau menyediakan tempat di lereng Gunung Wilis, yang kini dikenal sebagai Dusun Curik.
Masjid Al-Mubarok tak hanya sarat makna, tapi juga menyimpan banyak benda bersejarah. Diantaranya batu Yoni, batu Asah, dan Lingga, bukti bahwa tempat ini dulunya merupakan tempat ibadah agama Hindu.
Mimbar kayu jati berukir tahun 1758, bedug indah tahun 1759, dan Condro Kolo (tulisan berwatak bilangan) yang menunjukkan tahun berdirinya masjid, menjadi saksi bisu perjalanan sejarahnya.
Masjid Al-Mubarok telah mengalami beberapa kali pemugaran. Kini, masjid ini memiliki bangunan utama dengan serambi dan menara adzan setinggi 10 meter. Perpaduan gaya arsitektur Jawa, Hindu, dan Tiongkok menghasilkan keunikan yang memukau.
Masjid Al-Mubarok tak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga wisata religi. Banyak peziarah yang datang untuk berziarah ke makam Kanjeng Jimat dan merasakan ketenangan di masjid ini.
Kisah bedug yang kembali ke tempatnya setelah dipindahkan ke Masjid Jami’ Nganjuk menjadi legenda yang menarik. Keunikan dan sejarah masjid ini menjadi magnet bagi para pengunjung.
Kisah Masjid Al-Mubarok membangkitkan semangat untuk mencintai masjid. Gairah untuk selalu hadir di masjid dan memakmurkannya. Semangat para pendahulu dalam membangun masjid di tengah masyarakat yang belum mengenal Islam patut diteladani.
3. Masjid Agung Jami’ Malang
Masjid Agung Jami’ Malang, sebuah masjid bersejarah yang berdiri kokoh di Jalan Merdeka Barat, Desa Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur, merupakan simbol ketaatan dan spiritualitas masyarakat Malang. Didirikan pada tahun 1890 M, masjid ini telah menjadi saksi bisu perkembangan kota Malang selama lebih dari satu abad.
Memasuki masjid, pengunjung akan disuguhkan dengan perpaduan arsitektur Jawa dan Arab yang menawan. Atap masjid berbentuk tajuk, mencerminkan gaya arsitektur Jawa, sedangkan menara masjid dan detail lainnya menunjukkan pengaruh arsitektur Arab. Di dalam masjid, terdapat 20 tiang penopang yang terbuat dari kayu jati, memancarkan aura kesederhanaan dan keaslian.
Pembangunan Masjid Agung Jami’ Malang dilakukan secara bertahap. Dimulai pada tahun 1890 M dan dilanjutkan kembali pada tanggal 15 Maret 1903. Baru pada tanggal 13 September 1903, masjid ini selesai dibangun dan siap digunakan untuk ibadah.
Masjid Agung Jami’ Malang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan dan syiar Islam di Malang. Berbagai kegiatan keagamaan dan sosial dihelat di masjid ini, menjadikannya sebagai jantung spiritualitas masyarakat Malang.
Usia Masjid Agung Jami’ Malang yang mencapai 132 tahun menjadi bukti sejarah panjang peradaban Islam di Malang. Keberadaannya menjadi simbol keteguhan iman dan identitas umat Islam di kota ini.
Masjid Agung Jami’ Malang adalah sebuah warisan budaya dan sejarah yang tak ternilai. Keindahan arsitekturnya, nilai sejarahnya, dan fungsinya sebagai pusat spiritualitas menjadikan masjid ini sebagai landmark penting di kota Malang. Melestarikan masjid ini bukan hanya tanggung jawab umat Islam, tetapi juga seluruh masyarakat sebagai bagian dari upaya menjaga warisan budaya bangsa.
4. Masjid Agung Keraton Sumenep
Jawa Timur tak hanya kaya akan budaya dan tradisi, namun juga menyimpan jejak sejarah Islam yang terukir indah dalam arsitektur masjid-masjid bersejarahnya. Masjid-masjid ini tak hanya menjadi tempat ibadah, namun juga saksi bisu perjalanan dakwah dan perkembangan Islam di tanah Jawa.
Salah satu masjid tertua di Jawa Timur adalah Masjid Agung Keraton Sumenep yang didirikan pada tahun 1779 M oleh keluarga keraton Sumenep. Berdiri kokoh di Jalan Trunojoyo No. 184, Dalem Anyar, Bangselok, Sumenep, masjid ini mencerminkan perpaduan budaya yang unik. Unsur Arab, India, Persia, Cina, dan Jawa berpadu dalam arsitekturnya, menghadirkan pesona yang memikat.
Kubah kecil pada atap masjid dan ukiran bergaya Cina menjadi ciri khas arsitektur Arab dan Persia. Sementara, atap tajug yang megah merupakan simbol budaya Jawa yang kental. Masjid ini tak hanya menjadi tempat ibadah, namun juga destinasi wisata religi yang menarik perhatian wisatawan.
Masjid Agung Keraton Sumenep hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak masjid bersejarah di Jawa Timur. Masjid Ampel di Surabaya, Masjid Agung Demak, dan Masjid Jami’ Malang adalah beberapa contoh lain yang tak kalah menarik untuk ditelusuri sejarahnya.
Marilah kita jaga dan lestarikan masjid-masjid bersejarah ini sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya.
5. Masjid Agung Ampel Surabaya
Masjid Agung Ampel Surabaya, sebuah masjid bersejarah yang berdiri kokoh sejak tahun 1421, merupakan saksi bisu perjalanan dakwah Islam di tanah Jawa. Didirikan oleh Sunan Ampel, salah satu Wali Songo, masjid ini menjadi simbol penyebaran agama Islam di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
Pada tahun 1421, Sunan Ampel datang ke Surabaya dan mendirikan sebuah pesantren di Desa Ampel. Seiring dengan berkembangnya pesantren dan jumlah murid yang semakin banyak, Sunan Ampel kemudian membangun sebuah masjid untuk digunakan sebagai tempat salat dan belajar para santrinya.
Masjid ini dibangun dengan bahan dasar kayu yang kokoh dan memiliki luas tanah 120 x 180 meter persegi. Dibantu oleh sahabatnya, Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji, serta para santrinya, Sunan Ampel berhasil membangun masjid yang menjadi pusat syiar Islam di wilayah Surabaya.
Seiring berjalannya waktu, Masjid Agung Ampel mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan. Pada tahun 1972, masjid ini ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Masjid Agung Ampel memiliki beberapa keunikan, salah satunya adalah keberadaan 12 tiang utama yang terbuat dari kayu jati. Tiang-tiang ini melambangkan 12 rukun Islam. Selain itu, terdapat pula sebuah sumur tua yang konon memiliki air yang tidak pernah kering.
Hingga saat ini, Masjid Agung Ampel tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi salah satu destinasi wisata religi yang populer di Surabaya. Setiap harinya, masjid ini dikunjungi oleh ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.
Keberadaan Masjid Agung Ampel menjadi bukti nyata peran penting Sunan Ampel dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Masjid ini menjadi simbol dakwah dan sekaligus wisata religi yang menarik untuk dikunjungi.
Masjid Agung Ampel merupakan salah satu masjid bersejarah di Indonesia yang memiliki nilai religi dan budaya yang tinggi. Keberadaannya menjadi bukti nyata peran penting para Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Masjid ini menjadi simbol dakwah dan sekaligus wisata religi yang menarik untuk dikunjungi.
Reporter : Samsul Arifin

Bacajuga  Peduli Warga Babinsa Bantu Pembuatan Drainase Jalan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *