Filariasis Serang Wiji Lestari Hingga 20 Tahun – srtv.co.id

Filariasis Serang Wiji Lestari

srtv.co.id Pacitan, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur, Iptu Agus Irianto
, tinjau Wiji Lestari (45) warga masyarakat Rt 01/ Rw 05, Dsn. Ndasri, Desa Kluwih, Kecamatan Tulakan, penderita sakit Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Selasa. (18/6/19).

Hal demikian dilakukan merupakan salah satu bentuk kepedulian Kapolsek serta jajaran kepada warga masyarakat tulakan.

“Giat silaturahim ini merupakan kepedulian polsek tulakan kepada warga masyarakat, dengan harapan agar cepat diberikan kesembuhan sehingga bisa menjalankan aktivitas seperti sediakala”ungkapnya sela-sela memberikan bingkisan kepada keluarga Wiji.

Menurut keterangan suami Wiji Lestari, Katino (51) saat dikonfirmasi srtv, bersama Kapolsek Tulakan dikediamannya ia mengatakan, istrinya tersebut mengalami sakit Filariasis sudah 20 tahun hingga saat ini, meski berbagai cara dilakukan dalam pengobatannya berharap segera sembuh namun kini kondisi kaki Wiji lestari masih memprihatinkan.

“Mulai sakitnya itu sejak tahun 1999 yang lalu terus semua sudah kami usahakan lewat medis sudah dan non pengobatan medis (alternatif), operasi juga sudah di Solo Rs.Muwardi Tahun 2011.”ungkapnya.

Wiji lestari mempunyai 3 anak, 2 remaja bekerja diluar kota, 1 masih kecil, ia mengaku tak bisa beraktifitas terlalu banyak pasalnya kondisinya saat ini masih sering kambuh serta terasa sakit dibagian kedua kakinya hingga tubuh terasa panas dan gemetar.

“Kalau sudah kambuh timbul bintik-bintik kemerahan dan seluruh badan gemetar dan panas, di kedua lutut terasa sakit sekali, mau berdiripun terasa susah.”terang Wiji Lestari.

Penghasilan Katino sebagai kepala keluarga saat ini hanya dengan bertani membuat gula merah miliknya yang tak banyak, serta harus rela kerja ekstra selain untuk mencukupi kebutuhan dan mengurus semuanya.

“Saya sekarang tidak bisa kemana-mana mas karena harus mengurus semuanya. Karena istri saya tidak bisa bekerja berat, karena kalau kecapekan bisa kambuh.”imbuhnya.

Meski pemerintah desa kluwih sempat memberikan bantuan serta memakai BPJS, KIS, selama pengobatan namun kini wiji terpaksa berhenti, pasalnya ia tak punya biaya lagi untuk transportasi serta biaya hidup selama pengobatan.

“Kedepan pingin saya itu sembuh tapi kendalanya biaya, kalau Bpjs kan hanya yang sakit namun untuk biaya dalam pengobatan perjalanan dan hidup saya disana, Seperti yang saya alamikan dulu di solo pas pengobatan hampir 1 bulan lebih, saya itukan cari sendiri.”terangnya.

Bahkan menurut keterangannya ia sempat menitipkan sang istri kepada perawat Rumah Sakit untuk menjaga, karena ia harus kembali kerumah untuk mencari biaya untuk kebutuhan selama pengobatan.

Bekas Jahitan operasi pada tahun 2011 lalu, kini masih membekas dengan jelas dikaki Wiji Lestari, dengan hal demikian pihaknya berharap kepada pemerintah daerah atau intansi terkait untuk membantu dalam pengobatannya.

“Harapan kepada pemerintah ada solusi untuk kesembuhan istri saya.”harapnya dengan tulus.

Reporter : Rojihan

Editor : Bagus Jatikusumo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *