Nganjuk, SRTV.CO.ID – Kabupaten Nganjuk merayakan hari jadinya yang ke-1088 dengan serangkaian acara khidmat dan penuh makna. Puncak perayaan berlangsung pada Kamis (10/4/2025) dengan upacara peringatan dan prosesi bersejarah Manusuk Sima Anjuk Ladang.
Kemeriahan perayaan telah terasa sejak pagi hari. Tepat pukul 08.00 WIB, Alun-alun Nganjuk dipenuhi oleh jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Nganjuk, seluruh Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta berbagai elemen masyarakat lainnya.
Upacara peringatan hari jadi ke-1088 ini berlangsung khidmat dan penuh makna, menjadi momentum refleksi atas perjalanan panjang Nganjuk serta proyeksi untuk kemajuan di masa mendatang.
Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi, dalam sambutannya menyampaikan harapan besar agar peringatan hari jadi tahun ini tidak hanya menjadi seremonial belaka, namun mampu menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk melakukan perubahan yang signifikan.
“Saya berharap peringatan Hari Jadi Nganjuk tahun ini menjadi momentum untuk melakukan perubahan, bukan saja demi kepentingan diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, tetapi juga bagi nilai-nilai kemanusiaan dalam ruang lingkup yang lebih luas,” tegas Marhaen.
Lebih lanjut, Politikus PDI-P ini menekankan pentingnya persatuan dan kerja keras dalam mewujudkan visi “Nganjuk Melesat, Maju, dan Sejahtera”.
“Peringatan Hari menjadi titik tolak untuk mewujudkan ‘Nganjuk Melesat, Maju dan Sejahtera’, Insya Allah akan menghantarkan kita ke kehidupan yang mandiri dan sejahtera,” jelasnya.
Usai upacara di alun-alun, rangkaian peringatan dilanjutkan dengan prosesi sakral Manusuk Sima Anjuk Ladang yang digelar di Candi Lor, Kecamatan Loceret, sekitar pukul 10.00 WIB.
Lokasi ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi bagi masyarakat Nganjuk, sebab di sinilah ditemukan Prasasti Jayastamba yang menjadi pijakan penetapan hari jadi Kabupaten Nganjuk.
Prosesi Manusuk Sima merupakan peristiwa bersejarah pemberian tanah perdikan oleh Mpu Sendok kepada Mpu Anjuk Ladang pada masa lampau.
Pemberian status tanah perdikan ini membawa pembebasan pajak bagi wilayah tersebut, sebuah peristiwa penting yang tercatat dalam Prasasti Jayastamba bertarikh 10 April 937 Masehi.
Prosesi ini bukan sekadar ritual seremonial, melainkan sebuah penghormatan mendalam kepada para leluhur dan pemahaman akan akar sejarah berdirinya Nganjuk.
Makna penting dari Upacara Manusuk Sima ini tidak hanya terletak pada penghormatan tradisi, tetapi juga sebagai pengingat akan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu.
Sejarah mencatat bahwa Prasasti Anjuk Ladang atau Jayastamba menjadi landasan kuat bagi penetapan Hari Jadi Nganjuk.
Dengan digelarnya prosesi ini, diharapkan masyarakat luas, khususnya generasi muda, dapat lebih memahami dan menghargai sejarah serta budaya daerahnya.
Sukadi, Sekretaris Humas Pecinta Sejarah Nganjuk (Kotasejuk) mengatakan Upacara Manusuk Sima ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur, tetapi juga menjadi bagian yang sangat penting dalam peringatan Hari Jadi Nganjuk ke-1088.
Sebagaimana Hari jadi Nganjuk didasarkan pada Prasasti Anjuk Ladang atau dikenal dengan Jayastamba yang mencatat prosesi Manusuk Sima.
“Prasasti ini bukan hanya menjadi bukti sejarah, tetapi juga menguatkan bukti tradisi budaya dalam perayaan tersebut,” ujar Sukadi.
Lebih lanjut, prosesi Manusuk Sima ini juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat luas mengenai asal-usul dan perkembangan Nganjuk.
Dengan menyaksikan secara langsung rekonstruksi peristiwa bersejarah ini, diharapkan tumbuh rasa cinta dan memiliki terhadap daerah.
“Prosesi ini digelar untuk memperlihatkan ke masyarakat luas tentang sejarahnya Nganjuk atau awal mula Nganjuk,” tambah Sukadi.
Reporter : Inna Dewi Fatimah