Berita  

Dari Pesantren ke Panggung Kebudayaan NU Warnai Kepemimpinan Baru Dewan Kesenian Jawa Timur

Surabaya, SRTV.CO.ID – Kiprah kebudayaan Jawa Timur memasuki babak baru yang penuh harapan.

Musyawarah Daerah (Musda) VI Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) yang digelar sejak 13 Juni resmi ditutup hari ini di Great Diponegoro Hotel, Surabaya, dengan menghasilkan tonggak-tonggak strategis demi kemajuan seni budaya daerah.

Tak sekadar ajang evaluasi dan pemilihan struktur, Musda VI kali ini meneguhkan semangat inklusivitas, kolaborasi, dan transformasi.

Salah satu hal paling inspiratif adalah hadirnya representasi kuat dari lingkungan pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam jajaran kepemimpinan baru DKJT.

Musda VI menyepakati perubahan struktur kepengurusan DKJT menjadi presidium kolektif yang terdiri dari 7 orang.

Model kepemimpinan ini bertujuan memastikan keterwakilan wilayah dan subkultur, mulai dari Bakorwil hingga ragam seni tradisi Jawa dan Madura.

Tujuh nama tokoh terpilih yang siap membawa perubahan adalah Christman Hadi, Arim Kamandaka, Luhur Kayungga, Eko Suwargono, Nonot Sukrasmono, Suroso, dan Imam Mubaroq.

Mereka akan menakhodai DKJT periode 2025–2030 dalam semangat kolektif, gotong royong, dan tata kelola yang lebih adaptif.

Kehadiran dua tokoh dari lingkungan NU dalam presidium DKJT bukan hanya simbol, tapi juga bukti nyata kontribusi pesantren dalam memperkaya khazanah kebudayaan Jawa Timur.

Nonot Sukrasmono dan Imam Mubaroq bukan nama baru dalam dunia seni budaya mereka adalah sosok yang telah lama menjembatani nilai-nilai Islam Nusantara dengan ekspresi seni modern.

Nonot Sukrasmono, mantan Ketua Lesbumi NU lima periode, dikenal sebagai penggerak seni yang tak hanya menjaga tradisi, tetapi juga membuka ruang inovasi seni yang religius, humanis, dan membumi.

Dalam DKJT, ia telah berkiprah selama empat periode, membuktikan konsistensinya dari balik panggung hingga struktur organisasi.

Sementara itu, Imam Mubaroq hadir membawa semangat generasi muda pesantren yang progresif.

Selain pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Lesbumi NU Jawa Timur, Imam juga aktif sebagai dosen di Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri dalam bidang jurnalistik, fotografi, dan sinematografi

membuktikan bahwa dunia pesantren bisa bersinergi dengan perkembangan teknologi dan industri kreatif.

Masuknya tokoh-tokoh NU dalam struktur DKJT adalah angin segar bagi masa depan kebudayaan Jawa Timur.

Ini menandakan bahwa seni tak bisa dipisahkan dari nilai spiritualitas, tradisi, dan akar budaya lokal. Pesantren tak hanya mencetak santri, tetapi juga melahirkan seniman, pemikir, dan pemimpin budaya.

Langkah inklusif ini diharapkan membuka ruang lebih luas bagi generasi muda, khususnya dari kalangan pesantren dan komunitas akar rumput, untuk terlibat aktif dalam ekosistem kebudayaan.

Dengan sinergi antara pelaku budaya, pemuka agama, dan institusi seni, Jawa Timur bisa menjadi model peradaban budaya Nusantara yang harmonis dan berkemajuan.

“Budaya bukan hanya warisan, tapi medan perjuangan spiritual dan sosial. DKJT hari ini adalah cermin masa depan yang lebih cerah dan merangkul semua,” ujar Imam Mubaroq seusai penutupan Musda.

Melalui kolaborasi ini, DKJT membuktikan bahwa kemajuan seni dan budaya tidak bisa dilepaskan dari kekuatan moral, spiritual, dan kepekaan sosial. Dan dari pesantren, peradaban itu terus menyala.

Reporter : Rohid

Editor : Tim Redaksi SRTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *