srtv.co.id Tanah Jawa Bagian dari Bumi Pertiwi yang mempunyai kekayan sumber daya alam Pariwisata dan budaya peninggalan leluhur, salah satunya adalah siraman di Air Terjun Sedudo dimana tradisi ini di gelar tiap tahunya di bulan suro oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Nganjuk.
Sedudo salah satu Ikon tempat wisata di kabupaten nganjuk ini mempunyai nilai sejarah yang cukup tinggi, untuk memelihara tradisi dan budaya Air terjun sedudo
Ritual ini merupakan tradisi yang masih di pegang teguh masyarakat di sekitar lereng Gunung Wilis, Kabupaten Nganjuk, sejak ratusan tahun silam.
Namun berbeda pelaksanaan tradisi siraman di air terjun sedudo yang di laksanakan pada masa pandemi yang berkepanjangan ini, bahkan untuk menyiasati agar tidak terjadi kerumunan saat prosesi Pemda yang awalnya membuat undangan untuk menghadiri acara tersebut tak berselang lama pun undangan tersebut dibatalakan.
Namun berdasarkan penelusuran tim srtv.co.id tradisi tersebut tetap di gelar secara terbatas pada malam hari kemarin, ribuan warga nganjuk pun kecewa karena merasa di bohongi, sehingga tidak bisa mengikuti tradisi tahunan tersebut.
Untuk diketahui, Air Terjun Sedudo yang berlokasi di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk ini tercatat sebagai air terjun tertinggi ke-4 di Jawa Timur dan tertinggi ke-10 se-Indonesia. Panjangnya mencapai 105 meter (344 kaki), dan berada pada ketinggian 1.438 meter dari permukaan laut (mdpl).
Ritual Siraman Sedudo dipimpin oleh sesepuh desa yang rangkaian ritualnya diiringi musik gamelan Jawa, belasan gadis belia diarak untuk mengambil air langsung dari bawah guyuran air terjun Sedudo.
Setelah selesai, para gadis yang sudah ditunjuk dengan dibantu beberapa orang perjaka mengambil air dari guyuran air terjun secara langsung. Air yang disimpan dalam kendi kecil ini kemudian dimasukkan ke dalam wadah khusus untuk di pakai jika sewaktu-waktu ada warga yang memerlukan, baik untuk pengobatan ataupun untuk kepentingan-kepentingan yang lainnya.
Ritual siraman Sedudo kali ini berlangsung meriah dan sakral tidak hanya dihadiri pejabat pemerintah daerah tetapi juga para penggiat alam, dan wisatawan lokal. Nilai kesakralan prosesi ini ditandai dengan tari Bedhayan Amek Tirta, sepuluh penari perempuan memainkan sebuah koreografi sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Acara tersebut nampak di hadiri Plt Buapati Nganjuk, Marhen jumadi beserta segenap pejabat yang berwenag di pemerintah kabupaten nganjuk “dimasa PPKM Level 4 yang di terapkan untuk menekan angka penyebaran covid 19, harus di patuhi, namun budaya dan tradisi yang ada tidak boleh di tinggalkan, sebagai wujud uri uri budaya di bumi bumi anjukladang”. Pungkas Marhen.
Masih menurut marhein dirinya berharap agar pandemi segera sirna di bumi pertiwi, agar kuta bisa menggelar tradisi siraman sedudo dengan meriah dan khidmat tanpa takut dengan adanya Covid 19.
Reporter : Samsul Arifin