Berita  

Tradisi Jamasan Pusaka Mbah Ngaliman: Menyucikan Warisan Leluhur, Menyemai Doa untuk Keselamatan Desa

Nganjuk, SRTV.CO.ID – Kala bulan Suro tiba, hawa mistik dan aroma spiritual membalut lereng Wilis. Di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, sebuah ritual sakral kembali menyapa bumi dan langit: Tradisi Jamasan Pusaka Mbah Ngaliman. Prosesi agung ini direncanakan akan berlangsung pada Jumat Wage, 11 Juli 2025 atau seiring datangnya bulan Suro dalam penanggalan Jawa yang penuh makna.

Tradisi jamasan pusaka bukan sekadar menyucikan benda-benda warisan, melainkan merupakan perwujudan dari doa, hormat, dan harapan seluruh warga untuk keselamatan desa serta keberkahan hidup bersama. Warisan adi luhung dari Ki Ageng Ngaliman—ulama penyebar Islam dan pendiri Desa Ngliman—kembali dihidupkan melalui ritual ini.

Kirab pusaka membuka prosesi. Enam pusaka keramat, yakni Kyai Kembar, Kyai Bondan, Kyai Jogotruno, Kyai Betik, Mbah Dukun, dan Raden Panji, diarak keliling desa. Denting gamelan mengiringi setiap langkah, diiringi harum dupa dan lantunan doa, menciptakan suasana magis yang menyentuh kalbu. Setelah kirab, dilanjutkan dengan prosesi penjamasan—pemandian pusaka—yang dilakukan dengan tata cara yang penuh kekhidmatan.

Bagi masyarakat, tradisi ini lebih dari sekadar upacara. Ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini. Sebuah bentuk penghormatan pada leluhur, sekaligus ungkapan syukur atas limpahan keselamatan dan kemakmuran. Di sinilah budaya hidup dan tumbuh dalam denyut kehidupan masyarakat.

Bupati Nganjuk Marhein Jumadi bersama Wakil Bupati Tri Handi Cahyono Saputro dijadwalkan turut memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan tradisi ini. Kepedulian mereka terhadap pelestarian budaya lokal menjadi bukti nyata bahwa warisan spiritual dan tradisional tetap menjadi napas penting dalam pembangunan daerah.

Pemerintah Desa Ngliman mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut serta dalam prosesi ini, baik secara langsung maupun melalui doa bersama. Untuk informasi lebih lanjut mengenai waktu pasti dan rangkaian acara, warga disarankan menghubungi pihak desa.

Dalam bening air jamasan, tersimpan nilai kebersihan lahir batin. Dalam pusaka yang dijamas, terpatri sejarah dan doa leluhur. Dan dalam semangat tradisi ini, tersirat pesan kuat: “Siapa yang menghormati akar, dialah yang tumbuh paling tinggi.”

Reporter: Tim Redaksi SRTV

Exit mobile version