Berita  

Kisah Marsinah Akan Jadi Kurikulum Sejarah Lokal, Ziarah Tahunan Wajib Untuk Siswa di Sekolahnya Dulu

Nganjuk, SRTV.CO.ID – Jasad Marsinah mungkin telah tiada, namun semangat perlawanannya justru semakin membara.

Seorang aktivis buruh, Marsinah kini adalah simbol pemberontakan yang melekat di benak setiap insan.

Kisahnya, yang bermula dari perjuangan membela hak-hak pekerja, kini telah menjadi pelajaran berharga bagi sesama buruh, masyarakat umum, hingga tertuang dalam kurikulum pendidikan anak-anak sekolah.

Semangat perjuangan Marsinah, alumni SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk yang gugur dalam memperjuangkan hak-hak buruh, akan diabadikan dalam kurikulum sejarah lokal sekolah tersebut.

Hal ini diumumkan bertepatan dengan peringatan Hari Buruh Internasional, 1 Mei, menyusul kegiatan ziarah yang dilakukan oleh guru dan siswa ke makam Marsinah di Desa Nglundo, Sukomoro, Nganjuk.

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk, Nurul Fajarianan, menyatakan bahwa inisiatif untuk memasukkan kisah Marsinah ke dalam materi pelajaran sejarah merupakan langkah penting dalam menanamkan nilai-nilai perjuangan dan keadilan sosial kepada para siswa.

“Marsinah bukan hanya alumni kebanggaan sekolah, tetapi juga simbol perjuangan buruh di Indonesia. Kami ingin generasi muda memahami dan meneladani semangatnya,” tegas Nurul.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa ziarah ke makam Marsinah akan dijadikan agenda tahunan sekolah.

“Kegiatan ini bukan sekadar kunjungan, tetapi juga bentuk penghormatan dan pembelajaran kontekstual bagi siswa tentang sejarah perjuangan buruh, khususnya peran penting perempuan di dalamnya,” ujarnya.

Dengan menjadikan kisah Marsinah sebagai bagian dari kurikulum dan agenda ziarah tahunan, SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk menunjukkan komitmennya dalam membentuk karakter siswa yang memiliki kepedulian sosial dan pemahaman mendalam tentang sejarah perjuangan bangsa.

“Semangat Marsinah akan terus hidup dan menginspirasi generasi muda kami dalam memperjuangkan keadilan,” ucap Nurul.

Sementara Guru sejarah SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk, Fascal Wilanda Pamungkas, yang memimpin ziarah tersebut, menjelaskan bahwa pendekatan ini dipilih agar siswa dapat memahami sejarah secara lebih mendalam dan emosional.

“Marsinah adalah ikon perempuan tangguh. Melalui ziarah, kami berharap siswa dapat terinspirasi dan menyadari bahwa perjuangan untuk keadilan adalah tanggung jawab bersama, baik laki-laki maupun perempuan,” kata Fascal.

Dalam ziarah yang diikuti oleh sejumlah perwakilan siswa, mereka melakukan doa bersama dan merenungkan kisah hidup Marsinah. Salah seorang siswi kelas XI mengaku terkesan dengan perjuangan almarhumah.

“Saya baru tahu kalau Ibu Marsinah alumni sekolah kami. Kisahnya sangat menginspirasi dan membuat saya ingin belajar lebih banyak tentang hak-hak buruh,” pungkas Fascal.

Marsinah, yang merupakan buruh PT Catur Putra Surya (CPS) di Sidoarjo, dikenal gigih memperjuangkan upah layak dan membela rekan-rekannya yang mengalami pemutusan hubungan kerja.

Setelah melakukan aksi protes, ia menghilang pada 3 Mei 1993 dan ditemukan tewas mengenaskan di hutan Wilangan, Nganjuk, tiga hari kemudian.

Kasus pembunuhannya hingga kini masih menjadi luka sejarah dan simbol perjuangan buruh di Indonesia.

Reporter : Inna Dewi Fatimah

Editor : Tim Redaksi SRTV

Exit mobile version