Berita  

Menelusuri Jejak Sejarah di Candi Rimbi Jombang

SRTV.CO.ID – Di antara hamparan sawah dan hutan lebat di Desa Pulosari, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, tersembunyi sebuah peninggalan sejarah yang memesona di Candi Rimbi.
Candi ini menjadi destinasi wisata edukasi yang menarik bagi para pecinta sejarah dan budaya Indonesia. Candi Rimbi merupakan salah satu candi peninggalan agama Hindu dari masa Klasik Majapahit.
Dibangun pada abad ke-14, candi ini dipercaya sebagai candi pendharmaan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi, ibunda dari Prabu Hayam Wuruk. Nama “Rimba” sendiri dikaitkan dengan tokoh pewayangan Arimbi, istri Werkudara/Bima.
Meskipun telah mengalami kerusakan akibat faktor alam dan ulah manusia, Candi Rimbi masih memancarkan pesona kemegahannya.
Struktur candi yang terbuat dari batu bata merah ini tersusun rapi dengan detail ukiran yang indah. Pengunjung dapat melihat relief-relief yang menceritakan kisah Ramayana dan beberapa arca Hindu yang masih utuh.
Kunjungan ke Candi Rimbi tak hanya memanjakan mata, tetapi juga membawa Anda menelusuri jejak sejarah kejayaan Majapahit. Bayangkan bagaimana candi ini dulu berdiri megah di tengah kerajaan, menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
Candi Rimbi adalah destinasi wisata edukasi yang patut dikunjungi bagi para pecinta sejarah dan budaya Indonesia.
Keindahan arsitekturnya, nilai sejarahnya yang tinggi, dan suasana yang tenang menjadikannya tempat yang sempurna untuk belajar dan merenungkan perjalanan sejarah bangsa.
So, tunggu apa lagi? Kunjungi Candi Rimbi dan rasakan pengalaman wisata edukasi yang tak terlupakan! Informasi Tambahan:
Jam buka: 08.00 – 17.00 WIB
Harga tiket: Rp2.000,- per orang
Fasilitas: Area parkir, toilet, dan warung makan
Candi Rimbi: Jendela Sejarah Majapahit yang Terbuka untuk Dunia Candi Rimbi bukan hanya sebuah candi kuno, tetapi juga jendela sejarah Majapahit yang terbuka untuk dunia. Kunjungi Candi Rimbi dan rasakan bagaimana kejayaan kerajaan Majapahit masih hidup dan berbisik di antara reruntuhan batu bata merahnya.
Reporter : Samsul Arifin

Exit mobile version