Nganjuk, srtv.co.id – Peninggalan Raja Medang atau Mataram Hindu periode Jawa Timur, Mpu Sindok, masih bisa dijumpai di tanah Anjuk Ladang, sebuah wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Nganjuk.
Warisan Mpu Sendok itu ialah Candi Lor. Kendati rusak berat, bangunan utama candi ini masih bisa dijumpai hingga kini. Candi itu disusun dari bata berukuran besar, khas bata kerajaan kuno di Jawa Timur-an.
Candi Lor berada di selatan Jalan Panglima Sudirman, Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Candi ini dibangun Mpu Sindok pada tahun kedelapan seusai ia menjadi Raja Medang.
Raja bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa tersebut memerintah Medang dari tahun 929 hingga 947 masehi. Sementara Candi Lor dibangun pada tahun 937 masehi.
Bangunan Candi Lor juga dilengkapi dengan prasasti jayastamba (tugu kemenangan). Sejak awal dibangunnya Candi Lor memang untuk mengenang kemenangan Mpu Sindok dalam melawan tentara Melayu.
“(Candi Ngetos) simbolipun Mpu Sindok saget menang wonten ten mriki lajeng (dibangun) candi meniko,” jelas sesepuh Desa Candirejo, Raspio (86), saat ditemui srtv.co.id di kompleks Candi Lor, Kamis (25/3/2021).
Saat melawan tentara Melayu dari Kerajaan Sriwijaya, dikisahkkan Mpun Sendok mendapat sokongan dari rakyat Anjuk Ladang. Berkat bantuan itu, akhirnya pesukan Mpun Sendok keluar sebagai pemenang.
Raspio menuturkan, di sebelah candi terdapat dua makam penunggu candi, yakni Eyang Kerto dan Eyang Kerti. Kedua penunggu candi tersebut, kata Raspio, merupakan abdi kinasih Raja Mpu Sindok.
“Eyang Kerto, Eyang Kerti niku abdi kinasih Mpu Sindok,” tutur Raspio.
Namun keberadaan makam Eyang Kerto dan Eyang Kerti masih menjadi perdebatan.
Pegiat sejarah dari Komunitas Pecinta Sejarah Nganjuk, Sukadi menjelaskan, berdasarkan penelusurannya nama Eyang Kerto dan Eyang Kerti tidak tercantum dalam prasasti Candi Lor.
Oleh karenanya, ia menduga Eyang Kerto dan Eyang Kerti hanyalah orang yang merawat bangunan candi, bukan abdi kinasih Mpu Sindok.
“Keduanya tidak trcantum dalam prasasti Candi Lor. Dugaan mereka orang yang merawat bngunan suci candi, seperti juru pelihara. Mereka termasuk orang modern,” sebut Sukadi.
Dicengkeram Akar Pohon Kepuh
Bagian terunik dari Candi Lor ialah keberadaan pohon kepuh besar yang tumbuh di atas candi. Akar-akar pohon kepuh tersebut menjalar dan mencengkeram bagian selatan badan Candi Lor.
Kepala Desa Candirejo, Ronny Giat Brahmanto mengatakan, pohon kepuh tersebut diperkirakan telah berumur ratusan tahun. Diduga pohon ini tidak sengaja ditanam, atau tumbuh liar di atas bangunan candi.
“Menurut perkiraan warga dan masyarakat secara umum kemungkinan pohon tersebut tidak sengaja ditanam. Karena pikiran sederhananya masak kita buat candi di dalamnya ada pohon kepuh,” kata Ronny.
Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut yang pernah didengar Ronny, pohon kepuh di atas Candi Lor itu pernah disuntik mati. Namun usaha tersebut tak berhasil, malah pohon kepuh tersebut semakin kokoh.
“Pohon (kepuh) ini sudah pernah disuntik mati dari (Dinas) Purbakala, karena ada pemugaran mungkin, dan alhamdulillah (pohon kepuh) malah hidup sampai sekarang,” paparnya.
Namun cerita dari mulut ke mulut mengenai pohon kepuh yang pernah disuntik mati masih perlu dibuktikan.
Kepala Seksi Sejarah, Museum dan Kepurbakalaan dari Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Nganjuk, Amin Fuadi, menyangkal informasi tersebut.
“Tidak benar (cerita tersebut). Dulu tahun 1994 saya yang disuruh untuk menyikapi itu, setelah pengamatan detail (pohon kepuh) tidak bisa dibunuh karena justru akan semakin cepat ambruk,” ungkap Amin.
Editor: Hasan