TULUNGAGUNG, SRTV.CO.ID — Dalam rangka memperingati Hari Ibu, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Tulungagung menggelar ziarah ke makam Mbok Sarinah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Kepatihan, Senin (22/12/2025) sore. Kegiatan tersebut menjadi sarana refleksi atas nilai-nilai perjuangan perempuan yang diwariskan oleh Mbok Sarinah.
Ketua DPC PDI Perjuangan Tulungagung, Erma Susanti, mengatakan ziarah ini memiliki makna historis dan ideologis bagi kader partai. Mbok Sarinah dinilai berperan penting dalam membentuk karakter dan pemikiran Proklamator sekaligus Presiden pertama RI, Ir. Soekarno.
Mbok Sarinah dikenal sebagai pengasuh sekaligus guru spiritual Bung Karno sejak kecil. Melalui didikan dan keteladanannya, Bung Karno menyerap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, serta kepedulian terhadap rakyat kecil yang kelak menjadi fondasi perjuangannya.
“Ajaran Mbok Sarinah melekat kuat dalam diri Bung Karno dan menjadi bagian dari pemikiran besarnya saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” ujar Erma Susanti, Selasa (23/12/2025).
Ia menjelaskan, gagasan Bung Karno tentang dunia tanpa penjajahan serta pandangannya mengenai peran strategis perempuan dalam perjuangan bangsa tidak terlepas dari pengaruh Mbok Sarinah. Bung Karno meyakini bahwa perempuan harus terlibat aktif dalam setiap proses perjuangan.
Semangat tersebut, lanjut Erma, perlu terus dihidupkan agar peringatan Hari Ibu tidak sekadar bersifat seremonial, melainkan menjadi momentum evaluasi atas peran dan pemberdayaan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Bung Karno mengibaratkan negara seperti burung dengan dua sayap, laki-laki dan perempuan. Jika salah satu sayap lemah, maka burung tidak akan mampu terbang. Keduanya harus sama-sama kuat,” tuturnya.
Erma juga mengingatkan bahwa penetapan Hari Ibu setiap 22 Desember oleh Bung Karno berkaitan erat dengan peringatan Kongres Perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta. Kongres tersebut menjadi tonggak penting peran perempuan dalam membahas isu-isu strategis seperti pendidikan, kesehatan, dan perjuangan nasional.
Menurutnya, perempuan sejak awal memiliki kontribusi besar dalam sejarah pergerakan bangsa. Meski keterlibatan perempuan di ruang publik, khususnya politik, terus mengalami peningkatan, namun keterwakilan tersebut dinilai masih belum ideal.
“Saat ini keterwakilan perempuan di politik nasional masih sekitar 20 persen, sementara undang-undang mengamanatkan 30 persen. Angka ini penting agar perempuan benar-benar memiliki ruang dan peran yang setara,” pungkasnya.***
Reporter : Sholeh Sirri
Editor : AMS
