SRTV.CO.ID – Tasyakuran Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Latif al-Bangkalani yang diselenggarakan pada 20 November 2025 menjadi penanda berakhirnya perjalanan panjang pengusulan gelar kehormatan tersebut. Acara ini sekaligus mengapresiasi tokoh-tokoh yang memiliki kontribusi krusial dalam penetapan gelar tersebut.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Syaikhona Kholil ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara pada tanggal 10 November 2025, bertepatan dengan Hari Pahlawan. Beliau dinobatkan bersama sembilan tokoh bangsa lainnya, dan secara spesifik, bidang perjuangan yang diakui adalah Perjuangan Pendidikan Islam.
Salah satu kendala terbesar dalam proses administratif pengusulan gelar adalah masalah otentisitas foto Syaikhona Kholil. Berdasarkan penuturan para sesepuh, Syaikhona Kholil dikenal memiliki karomah yang menyebabkan beliau tidak bisa difoto. Meskipun ada kabar bahwa foto beliau tersimpan di Belanda, yang diduga adalah foto paspor untuk perjalanan haji, bukti otentik foto tersebut belum ditemukan hingga kini.
Untuk mengatasi hambatan dokumentasi tersebut, peran Nonot Sukrasmono, Pelukis Sidoarjo/Budayawan Nahdlatul Ulama, menjadi sangat penting. Ia menghasilkan sebuah sketsa hitam-putih yang diklaim sebagai penggambaran sosok Syaikhona Kholil. Sketsa ini menjadi solusi untuk memenuhi syarat administratif yang diperlukan.
Sketsa yang dibuat oleh Nonot Sukrasmono bukanlah sekadar karya seni biasa, melainkan hasil dari proses riadhoh (tirakat spiritual) dan wasilah (perantara). Sketsa ini sengaja dibuat hitam-putih, bukan lukisan, sebagai bentuk kehati-hatian dan untuk menghindari manipulasi teknologi yang merusak adab terhadap sosok beliau.
Karya Nonot Sukrasmono ini kemudian di-tashih (disahkan/disetujui) oleh dzurriyah (keluarga besar) Syaikhona Kholil. Pengesahan ini menegaskan keabsahan sketsa tersebut sebagai representasi yang diizinkan untuk melengkapi berkas, menjadikannya “kunci” yang membuka pintu pengusulan gelar pahlawan.
Dalam pidato tasyakuran, KH. Muhammad Makki Nasir (RA Makki), mewakili keluarga besar, menyampaikan bahwa tujuan penganugerahan ini melampaui sekadar gelar: “Syekhona Kholil tidak butuh gelar. Tapi hal ini kami lakukan bukan dalam rangka mencari gelar. Tapi sebuah upaya untuk lebih maksimal di dalam menggali, memperdalam, dan menemukan turats atau warisan-warisan Syekhona Kholil yang sangat kita butuhkan akhir-akhir ini,”.
RA Makki juga secara khusus menyebut dan berterima kasih kepada Nonot Sukrasmono atas kontribusi sketsa tersebut: “Maka, karena untuk memenuhi syarat administratif, sebagaimana Syekhona Kholil memenuhi syarat administratif paspor bisa difoto, Maka kami mengambil jalan tengah, sketsa. Sketsa beda dengan lukisan… Maka kami memakai karya Mas Nonot. Tolong berdiri Mas Nonot,”. Ujar Ra Makki ditengah pidato tasyakuran
Dalam acara Tasyakuran Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Syaikhona Muhammad Kholil, apresiasi diberikan kepada tokoh-tokoh yang berkontribusi besar dalam pengusulan dan penetapan gelar. Penghargaan atas kontribusinya diserahkan kepada Bupati Bangkalan yang mewakili pemerintah daerah, Rektor UTM (Universitas Trunojoyo Madura) atas dukungan akademik dan fasilitas, Tim Pengkajian Naskah Akademik yang menyusun dokumen perjuangan, dan secara khusus kepada Nonot Sukrasmono, pelukis yang membuat sketsa otentik Syaikhona Kholil yang menjadi kunci pemenuhan syarat administratif.
Gelar Pahlawan Nasional secara resmi diterima di Istana Negara oleh cicit beliau, RH Imron Amin. Penganugerahan ini diharapkan menjadi wasilah atau sarana untuk mengoptimalkan kajian terhadap warisan pemikiran Syaikhona Kholil, terutama tentang cinta tanah air (Hubbul Wathon minal Iman), yang telah beliau tulis sejak tahun 1891.
Dengan diakuinya Syaikhona Kholil sebagai Pahlawan Nasional, perjuangan beliau di bidang Pendidikan Islam kini mendapatkan tempat tertinggi di sejarah bangsa. Kontribusi spiritual dan artistik Nonot Sukrasmono melalui sketsa yang dibuatnya telah memastikan bahwa warisan keilmuan sang mahaguru dapat terus digali dan dijadikan pedoman kuat bagi bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Oleh : Nonot Sukrasmono












