Berita  

Garis Merah Peristiwa 10 November  1945 di Masa Kini  

SRTV.CO.ID – Garis merah peristiwa 10 November di masa kini bukanlah lagi pertempuran fisik dengan senjata, melainkan perjuangan tanpa henti untuk mempertahankan dan membangun bangsa di era modern.

Semangat kepahlawanan yang dulu mengorbankan nyawa kini dimaknai sebagai upaya mengisi kemerdekaan dengan tindakan nyata, integritas, dan inovasi.

Integrasi bangsa adalah proses penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya dalam satu kesatuan wilayah dan identitas nasional, di mana perbedaan seperti suku, agama, dan budaya disatukan menjadi satu keutuhan yang harmonis. 

Upaya ini penting untuk menjaga persatuan di tengah keragaman bangsa dan menghadapi tantangan seperti disintegrasi. 

Beberapa faktor kunci untuk mewujudkannya adalah menanamkan rasa toleransi dan saling menghargai, menegakkan keadilan, serta membangun kesadaran kolektif akan identitas nasional melalui nilai-nilai Pancasila. 

Kesamaan rasa senasib, seperjuangan, dan adanya ideologi nasional seperti Pancasila sebagai landasan. 
Kebijakan yang adil, pembangunan yang merata, dan penegakan hukum yang tidak memihak. 

Berarti penggabungan unsur-unsur yang berbeda menjadi satu kesatuan yang bulat, sehingga menciptakan keselarasan dan keharmonisan.
 
Garis merah peristiwa 10 November masa kini:
 
1. Perjuangan melawan tantangan modern
Semangat “merdeka atau mati” saat ini relevan dalam menghadapi tantangan yang berbeda. Ancaman bagi bangsa tidak lagi berupa penjajahan militer, tetapi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang kompleks, seperti:

– Melawan ketidakadilan. Melawan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang merusak pondasi negara.
– Memerangi kemiskinan dan kesenjangan sosial. Menggunakan potensi diri untuk memberikan manfaat bagi sesama, terutama yang kurang mampu.
– Menghadapi radikalisme dan intoleransi. Mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dari ancaman perpecahan.
 
2. Kepahlawanan dalam bidang keahlian
Pahlawan masa kini tidak selalu harus turun ke medan perang. Mereka adalah individu yang memberikan kontribusi terbaik di bidangnya masing-masing:

– Pahlawan pendidikan: Guru dan pendidik yang berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa di daerah-daerah terpencil.
– Pahlawan teknologi: Anak muda yang menggunakan kreativitasnya untuk menciptakan inovasi demi kemajuan bangsa.
– Pahlawan kesehatan: Tenaga medis yang berjuang di garda terdepan, terutama saat pandemi.
– Pahlawan lingkungan: Aktivis yang gigih menjaga kelestarian alam.

3. Pahlawan digital dan media sosial
Di era digital, media sosial menjadi medan pertempuran gagasan. Generasi muda bisa menjadi pahlawan dengan Menyebarkan informasi yang positif dan membangun. Menggunakan teknologi untuk meningkatkan literasi dan kesadaran masyarakat. Membela kebenaran dan menolak hoaks yang merusak persatuan.

4. Menghargai keragaman dan persatuan
Seperti halnya para pejuang kemerdekaan yang bersatu tanpa memandang suku dan agama, semangat 10 November kini diterjemahkan dalam menjaga kebhinekaan. Garis merahnya adalah menghormati perbedaan dan membangun toleransi, karena persatuan adalah kekuatan terbesar bangsa.

5. Membangun integritas dan etos kerja
Para pahlawan masa lalu berjuang dengan ketulusan dan pengorbanan. Di masa kini, semangat tersebut diwujudkan dengan bekerja keras, jujur, dan berintegritas. Kepahlawanan masa kini adalah tentang memberikan yang terbaik, bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kemajuan bangsa secara kolektif.
 
Inovasi untuk mengisi kemerdekaan adalah memanfaatkan potensi dan
 
kreativitas untuk membangun bangsa, seperti melalui pendidikan dan riset untuk menghasilkan inovasi teknologi, pengembangan produk lokal untuk meningkatkan ekonomi, serta kolaborasi dan pengabdian masyarakat untuk memecahkan masalah sosial dan lingkungan.

Selain itu, memanfaatkan teknologi untuk membuat konten edukatif dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mempromosikan budaya dan persatuan juga menjadi bentuk inovasi modern dalam mengisi kemerdekaan. 
MERDEKA !
 
Oleh : Nonot Sukrasmono, seorang pendidik, pelukis dan budayawan tinggal di Jawa Timur

Exit mobile version