Nganjuk, – Koramil 0810/15 Rejoso bersama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Rejoso terus bersinergi dalam mendorong transformasi pertanian menuju arah yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan. Salah satu bentuk nyata kolaborasi ini adalah pelaksanaan pendampingan Praktek Sekolah Lapang (SL) Tematik oleh Babinsa Koramil Rejoso, Sertu Adiman, di wilayah Kecamatan Rejoso. 5 Agustus 2025
Dalam pertemuan Sekolah Lapang kali ini, para peserta—yang terdiri dari petani lokal—melaksanakan kegiatan Pengamatan Agroekosistem di lahan, Analisa Agroekosistem, diskusi kelompok, serta praktek pembuatan dan penggunaan Pesnab (Pestisida Nabati), yaitu bahan alami dari daun-daunan, umbi, dan biji-bijian yang memiliki efek insektisida atau fungisida.
Sertu Adiman menegaskan pentingnya perubahan pola pikir petani dalam menghadapi tantangan pertanian masa kini.
“Pola pikir petani harus berubah, dari metode konvensional ke sistem pertanian yang lebih modern, berbasis teknologi, dan ramah lingkungan. Sekolah Lapang ini menjadi ruang belajar dan perubahan—dari kebiasaan lama menuju cara bertani baru: lebih efisien, lebih hijau, dan lebih produktif,” ujarnya.
Salah satu inovasi yang tengah diterapkan adalah sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) dan teknologi padi Salibu, yang kini sedang diuji coba di berbagai demplot, termasuk di Desa Talun. Sistem ini memungkinkan panen berkali-kali dari satu kali tanam, sebuah pendekatan yang dinilai sangat menjanjikan untuk meningkatkan produktivitas tanpa menambah biaya produksi secara signifikan.
Kepala BPP Kecamatan Rejoso, Sdr. Sutarno, S.P., menyampaikan optimismenya terhadap arah baru pertanian di wilayahnya.
“Kami sedang uji coba metode tanam yang bisa menghasilkan panen berkali-kali dari satu kali tanam. Ini bukan mimpi, ini bagian dari cara baru bertani yang sedang kita bangun bersama,” ungkapnya.
Selain itu, SL Tematik tahun ini juga menekankan pentingnya penggunaan Pupuk Organik Cair (POC) sebagai alternatif ramah lingkungan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Sutarno mengibaratkan tanah seperti tubuh manusia yang bisa “keracunan” jika terus-menerus menerima bahan kimia berlebih. Oleh karena itu, transisi ke pupuk organik dinilai sebagai langkah wajib menuju pertanian yang sehat dan berkelanjutan.
Di tempat terpisah, Danramil 0810/15 Rejoso, Kapten Arm Winarto, menyebut bahwa SL Tematik bukan sekadar pelatihan teknis, namun merupakan ruang transformasi nyata bagi petani.
“Kursus tani ini bukan hanya transfer ilmu dan teknologi, tapi juga membentuk kesadaran baru di kalangan petani: bahwa bertani tidak harus mahal, dan tidak harus merusak lingkungan,” jelasnya.
Senada dengan itu, Dandim 0810/Nganjuk Letkol Arh M. Taufan menyampaikan bahwa pendekatan edukatif dan kolaboratif seperti ini menjadi kunci dalam membangun ekosistem pertanian yang mandiri, sehat, dan tangguh menghadapi berbagai tantangan zaman.