Nganjuk, SRTV.CO.ID – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Nganjuk menggelar acara doa bersama dan perenungan mengenang tragedi kerusuhan dua puluh tujuh Juli (Kudatuli) 1996.
Acara yang dilaksanakan di Kantor DPC pada Sabtu (26/7) malam tersebut dihadiri oleh para pengurus, badan-badan partai, dan kader-kader muda dari organisasi sayap.
Ketua DPC PDI Perjuangan Nganjuk, Tatit Heru Tjahyono, dalam sambutannya menekankan pentingnya peristiwa Kudatuli sebagai pendidikan sejarah bagi seluruh keluarga besar PDI Perjuangan.
”Kader-kader muda, termasuk para bakal caleg dan kita semua, harus selalu ingat dengan peristiwa ini. Kudatuli tak sekadar sejarah perjalanan demokrasi di PDI Perjuangan, juga dalam berbangsa dan bernegara,” ujar Tatit, yang juga menjabat sebagai Ketua DPRD Nganjuk.
Ia mengajak seluruh kader untuk senantiasa mengingat bahwa kebesaran PDI Perjuangan saat ini tidak lepas dari berbagai tempaan situasi dan kondisi perpolitikan dari waktu ke waktu. “Perjalanan PDI Perjuangan membuka ruang demokrasi di negeri ini, diiringi keringat, air mata bahkan nyawa dari kader maupun rakyat,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Tatit Heru Tjahyono juga mengungkapkan bahwa almarhum ayahnya, Soesilo Muslim, adalah salah satu kader asal Nganjuk yang turut berjuang mempertahankan kantor DPP PDI Pro Megawati saat peristiwa Kudatuli. Kantor tersebut direbut paksa dengan kekerasan oleh massa PDI Pro Suryadi pada masa itu.
“Semangat para senior partai, kiranya patut kita teladani dalam upaya mensejahterakan rakyat melalui PDI Perjuangan,” imbuhnya, seraya berharap bahwa mengenang dan meneladani sejarah perjuangan kader akan membekali mereka dalam perjuangan membersamai rakyat, baik dalam suka maupun duka.
Lebih lanjut, Tatit menegaskan bahwa peringatan Kudatuli ini juga menjadi pendorong semangat bagi kader PDI Perjuangan di Nganjuk untuk semakin solid, bergerak, dan militan dalam menghadapi tantangan ke depan.
Peristiwa Kudatuli sendiri merupakan penyerangan terhadap kantor DPP PDI di Jakarta yang berujung pada perlawanan luas di berbagai daerah. Serangan terhadap partai politik pimpinan Megawati Soekarnoputri ini tercatat sebagai salah satu tragedi kelam di masa Orde Baru.
Reporter : Ahmad Zaki
Editor : Tim Redaksi SRTV