SRTV.CO.ID – Jauh sebelum Reformasi bergulir, Gus Dur sering menyampaikan “besok kalau NU/warga berada di kekuasaan atau memiliki kekuasaan, maka NU akan besar dan Warga NU akan makmur”. Pernyataan itu disampaikan disetiap kesempatan saat gus Dur mengisi pengajian di plosok plosok desa, sambil memberikan pendidikan politik.
Alhasil begitu reformasi terjadi, atas prakarsa gus Dur, para masyayih dan PBNU, digagaslah pendirian partai yang akhirnya terbentuk yang namanya PKB. Berdirinya PKB bukan lahir dari langit yang tiba tiba, atau bahkan PKB itu sebagai partai yang berdiri sendiri, tidak ada kaitannya dengan NU sebagaimana yang disampaikan oleh penguasa PKB sekarang ini. PKB yaa PKB, NU urusi rumah tangga sendiri !!! Kata kata ini sudah suul adab kalau bahasanya santri
Perjalanan panjang PKB, mulai proses pendirian hingga sekarang tidak bisa lepas dari keberadaan NU struktural dan kuktural, bahkan ada beberapa pengurus cabang NU yang lengket dengan PKB karena mendapatkan gula gula manis. Gesekan NU dan PKB sebenarnya bukan karena keinginan NU untuk menguasai PKB, tetapi NU ingin PKB tidak lepas dari bingkai perjuangan masyayih, NU struktural dan warga NU.
PBNU melihat langkah PKB sudah tidak sejalan dengan konsep politik PBNU dan arahan Masyayih NU, namun PKB semakin sekuler, Hidonis, otoriter dan nilai demokrasi dan pembangunan kader mulai diabaikan. Maka langkah PBNU untuk meminta ketua Umum PKB diskusi dan silaturrohim menjadi upaya jalan tengah.
Menggas Sikap PBNU Jika PKB melawan Kebijakan PBNU
Konsep besar gus Yahya dan PBNU untuk memperbaiki hubungan PBNU dan PKB sebenarnya bukan masalah kekuasaan ansih, namun PBNU melihat beberapa alasan sebagai berikut :
1. Sebagai partai yang lahirnya diinisiasi oleh PBNU dan para masyayih, PBNU berharap bagaimana sikap politik PKB sejalan dengan PBNU dan para masyayih NU
2. PKB Merasa sudah besar dan justru membuat gerakan bagaimana NU dan Banomnya bisa diatur sedemikian rupa, itu yang dianggap tidak benar di mata PBNU dan Masyayih NU
3. Dinamika politik di internal PKB sudah tidak mencerminkan organisasi modern yang mengedepankan transparansi, akuntabilitas dan demokratisasi yang sehat. Regenasi tidak berjalan, sehingga menghambat kaderisasi kader politik NU yang terganjal. Lebih khusus keberadaan dewan syuro yang mandul sehingga membuat kendali utama PKB ada pada dewan tanfidz, dan itu tidak benar
4. Rekruitmen kader politik di legislatif maupun eksekutif sudah tidak melihat nilai perjuangan kader NU dan mengakomodasi kader NU. Proses rekruitmen lebih mengedepan kepentingan transaksional partai.
5. PKB sudah tidak melihat PBNU sebagai inisiator dan pendiri PKB, bahkan terkesan merasa kebih besar dari NU. NU dipahami sebagai bagian yang tidak begitu penting bagi PKB hal tersebut dapat kuta lihat dari kalimat “ PKB tidak ada kaitannya dengan NU, PKB organisasi mandiri” padahal PKB tidak akan pernah ada jika PBNU dan para Masyayih tidak mendirikan”
6. Gejala tidak sehat di tubuh pejabat teras PKB yang tida Merepresentasikan Nilai luhur NU sudah pada posisi yang memprihatinkan, mulai etika, gaya hidup dan kepedulian pada NU dan masyayih NU
7. Upaya mengambil alih PKB adalah jalan terakhir jika komunikasi dan Win Win solution tidak bisa ditemukan
Semua alasan tersebut menjadi sebab keinginan PBNU untuk mengembalikan PKB pada garis yang benar sesuai cita cita pendirinya. Ketika elit PKB tetap melawan, maka sudah saatnya PBNU untuk melakukan clas action disertai dengan beberapa bukti dan dokumen yang ada.
DPP PKB boleh berkata apapun terhadap usaha PBNU untuk mengembalikan nilai perjuanhan dan Mabdak siyasi PKB ketika awal PKB di dirikan. Namun upaya hukum yang didasari dengan bukti autentik pendirian PKB semuanya akan bisa dijadikan dasar untuk melakukan gugatan.
Kita semua berharap masalah PBNU dan PKB akan menjadi solusi generasi muda NU yang dipolitik untuk mewujudkan tatanan politik NU yang bermafaat bagi pada kader NU. Kejenuhan kepemimpinan yang dibumbui dengan dalil dalil pembenar yang menyesatkan dan menghambat pembangunan harus segera diakhiri.
Gus Dur Tetap Istimewa di Hati Rakyat Indonesia
Gus Dur memang tokoh hebat dalam sejarah politik Indonesia, penerawangan Gus Dur hampir tidak ada yang meleset. Apa yang disampaikan gus Dur semua terbukti. Mulai dari musuh musuh politik yang akhirnya jadi gelandangan politik, sikap politisi yang dulu memusuhinya semua berakhir tragis dan yang paling terbaru Prabowo terbukti jadi Presiden.
Gus Dur adalah permata, seorang tokoh yang memberi sinar terang diseluruh penjuru dunia. Nama dan kebesaran Gus Dur tetap tak tergantikan. Pikiran perilaku dan gagasan besarnya terhadap kemajuan peradapan manusia selalu jadi acuan.
Gus Dur sebagai guru bangsa, menjadi tuntunan bagi seluruh warga bangsa dalam berpolitik. Pengambil alihan PKB pada Muktamar PKB di Semarang sebagai bukti bahwa Gus Dur adalah korban politik kadernya sendiri. Namun Gus Dur tetap harum, dikenang dan dicintai bangsa Indonesia.
Babak baru perseteruan PBNU dan PKB sekarang ini akan menunjukkan siapa yang betul betul pejuang dan siapa yang pecundang. Veteran politik PKB tidak akan dikenang karena hanya mengejar kekuasan dan uang. Dia lupa bahwa etika politik dan berpolitik yang beretika akan lebih berarti. Gus Dur tetap akan menjadi permata di mata semua orang, bahwa beliau pendiri dan penggas PKB walau mengalami nasib yang tidak baik.
Gus Dur selalu di hati seluruh warga NU, dan semua warga NU tahu Gus Dur dikhianati, sebentar lagi yang mengkhianati akan menjadi gelandangan politik ketika mereka sudah tidak memiliki jabatan lagi.
Kita semua berdoa pada Allah, semoga Allah memberi perlindungan pada seluruh pejuang NU sejati. Kekuasaan seperti mimpi, keindahan sesaat yang pada saatnya akan hancur ditelan waktu bersama dengan orang orang yang memainkannya. Sejarah telah membuktikan mana permata dan mana batu biasa. Hanya kebesaran Gus Dur yang tetap bertahta di hati rakyat Indonesia.
Penulis
HM. BASORI, M.Si
Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy