Tradisi Nyadran di Punden Ki Somo Drono Kaloran Masih Turun Temurun

srtv.co.id Nganjuk- Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah syakban, Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berbasiskan landasan, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur terutama di desa kaloran Nyadran, pada Jum’at (3/6/2022) di Punden Ki Somo Drono Desa Kaloran.

Turut hadir dalam sedekahan bumi atau nyadran di punden ki somo drono yakni Kades kaloran, Drs Karjono, Camat Ngronggot, Kapolsek, Koramil, Babinsa, Babinmas dan seluruh perangkat Desa juga warga kaloran yang punya hajad nyadran.

Nyadran ini di buka dengan bacaan Doa dituntut oleh pak modin dan di ikuti semua yg hadir kemudian ditutup dengan makan bersama di punden yang digelari tikar dan daun pisang berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu dan lain sebagainya.

Kades Kaloran menjelaskan tentang Tradisi Nyadran yang merupakan salah satu tradisi dalam menyambut datangnya bulan Juli tepat nya hari (Jum’at Kliwon) Kegiatan yang biasa dilakukan saat Nyadran atau Ruwahan adalah di punden mbah macan putih desa kaloran .

“Semoga Desa Kaloran tetep pinaringan seger waras, gemah ripah, lok jinawi, sehat semua,” ungkap Kades.

Suasana Nyadran yang biasanya dilaksanakan pada setiap hari Jum’at Kliwon, saat datangnya jum’at kliwon Dalam ziarah kubur, biasanya peziarah membawa bunga, terutama bunga telasih. Bunga telasih digunakan sebagai lambang adanya hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi.

 

 

Reporter : Red Bon, Erlita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *