srtv.co.id Nganjuk | Sebuah tradisi turun menurun yang masih terjaga hingga saat ini membuat salah seorang Anggota DPRD dari Fraksi Demokrat beserta istri sangat terharu dan sekaligus mengapresiasi kerukunan warga desa ketanadan kecamatan lengkong kabupaten Nganjuk Jawa Timur.
Nyadran Desa Ketandan Dewan Fauzi Apresiasi Guyub Rukun Warga

Nyadran Desa Ketandan Dewan Fauzi Apresiasi Guyub Rukun Warga
Sebuah Desa yang terlaetak di daerah pegunungan kendeng tepatnya si Desa Ketandan kecamatan lengkong ada sebuah tradisi turun menurun, yakni tradiai Bersih Desa Ketanandan yang di lakukan rutin setiap tahun tepatnya di hari Kliwon sebelum bulan suro atau muharam.
Ribuan warga Desa berbondong bondong membawa ambeng dan hasil bumi yang ditempatkan di sebuah mbayang atau tempat tidur dari rumah masing masing warga, menuju Punden atau makam leluhur yang babat Desa ketandan.
Di Desa Ketandan ada dua punden, pertama di punden Mbah Buyut yang kedua punden sumur kawak, Kepala desa beserta Istri Fauzi Irwana Anggota DPRD Fraksi Demokrat beserta istri serta perangkat desa berangkat dari rumah kepala desa menuju dua punden sesepuh desa.
Setiba si punden para petinggi Desa disambut sangat meriah oleh seluruh warga yang berada di punden dengan membawa aneka hasil bumi dan ambeng, sedangkan sesepuh desa yang sudah berada di punden melakukan berbagai ritual, dan dipanjatkan do’a untuk para leluhur, setela itu warga berebut ambeng yang telah di doakan.
Menurut Saji Kepala Desa Ketandan mengatakan, “tradisi versih desa ini sempat terhenti selama dua tahun saat pandemi Covid19 Alhamdulilah saat ini pandemi telah usai sehingga kami adakan kembali sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang mahakuasa atas berkah yang telah diterima selama satu tahun ini”. Jelasnya.
Sementara itu Fauzi Irwana Anggota DPRD Kabupaten Nganjuk mengatakan “Tradisi seperti ini harus terus di lestarikan, wujud syukur dari sebuah kebersamaan seluruh elemen desa, dirinya berharab semoga guyub rukun seperti ini harus terus terjaga, budaya gotongroyong warga desa ketandan sangat kental”. Tutupnya.
Setelah dilakukan prosesi nyadran yang terakir di rumah kepala desa dan di hibur oleh pentas seni waranggono atau populer dengan sebutan Tayub, dengan iringan gamelan tradisional jawa.
Reporter : Erlita