Nganjuk – Direktur PT Exindo 57, Panito, meresmikan Musala Al-Exindo di Pedukuhan Jeruk, Dusun Semen, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Peresmian musala ini ditandai dengan bancakan, tradisi tasyakuran warga setempat, serta pemotongan tumpeng.
Musala Al-Exindo di Pedukuhan Jeruk tersebut merupakan musala keempat yang dibangun Panito melalui program Exindo Peduli Kasih.
“Ini alhamdulillah saya bangun musala yang keempat yang sudah selesai,” kata Panito usai bancakan, Kamis (18/3/2021) malam.
Selain keempat musala itu, Panito juga membangun dua tempat ibadah lainnya. Kini kedua tempat ibadah tersebut masih dalam proses pembangunan.
Panito menuturkan, ia merupakan putra daerah Ngluyu. Oleh karenannya, ia memastikan tak akan lupa untuk membangun tanah kelahirannya.
“Betul, ini rangkaian program Exindo Peduli Kasih. Kebetulan ini di daerah Ngluyu, saya asli putra daerah Ngluyu. Program Exindo Peduli Kasih bukan di Kecamatan Ngluyu saja,” sebutnya.
Panito memang dikenal sebagai pengusaha sukses nan dermawan. Selama ini ia banyak membantu masyarakat Kabupaten Nganjuk yang membutuhkan uluran tangan.
Melalui program Exindo Peduli Kasih, Panito kerap membantu korban bencana alam di Kota Bayu, sebutan Nganjuk. Panito juga sering membatu warga miskin.
“Saya akan berbagi terus kepada masyarakat Nganjuk tanpa batas waktu, insyaallah,” katanya.
Sementara dengan diresmikannya Musala Al-Exindo di Pedukuhan Jeruk, Panito berharap musala itu dapat menjadi pusat kegiatan keagamaan warga.
“(Sehingga) masyarakat senang beribadah. Disamping dibuat salat itu insyaallah akan diisi kegiatan-kegiatan keagamaan seperti TPA, pengajian ibu-ibu dan lain-lain,” tandasnya.
Tradisi Bancakan
Ada yang berbeda dalam peresmian Musala Al-Exindo di Pedukuhan Jeruk. Selain pemotongan tumpeng, warga juga membawa ingkung ayam kampung.
Hal ini merupakan bagian dari tradisi bancakan, sebuah tradisi tasyakuran yang sudah turun-temurun diwariskan nenek moyang warga Ngluyu.
“Itu (bancakan) tanda selamatan kita, rasa syukur kita kepada Alllah SWT. Itu tradisi orang Ngluyu, kalau ada selamatan pasti ada ingkungnya,” papar Panito.
Adapun selain ingkung ayam kampung, dalam tradisi bancakan tersebut juga disajikan nasi tumpeng dan jajanan pasar. Hidangan tersebut dibawa oleh masyarakat secara swadaya.
“Kembali lagi kita nguri-nguri budaya leluluh kita, jangan sampai luntur atau hilang begitu saja. Kita tetap pertahankan, maknanya sangat luas,” tandas Panito.
Salah satu warga, Soleh (38) menjelaskan, tradisi bancakan dengan menghidangkan ingkung ayam kampung ini merupakan wujud syukur warga atas dibangunnya Musala Al-Exindo.
“Ini tradisi turun temurun, syukuran dalam rangka peresmian musala,” sebutnya.
Editor: Hasan