TMMD  

TMMD 109 Nganjuk |Mbah Jirah Menjelaskan isi Dari Maket Rumah Perjuangan Panglima Jendral Besar Sudirman

Nganjuk – TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) 109 yang saat ini digelar merupakan lanjutan program sebelumnya dari TNI AD yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga dalam pemerataan pembangunan di segala bidang bersama dengan pemerintah. Tentu saja hal ini dapat memberikan dampak positif bagi warga desa yang mendapatkan program tersebut, karena dengan adanya pelaksanaan TMMD di Dusun Magersari Desa Bajulan Kec Loceret Kab Nganjuk yang dilaksanakan oleh Kodim 0810 ini benar-benar harus dapat dirasakan oleh warga.

Di Kota angin ini ternyata Jenderal besar bangsa Indonesia Sudirman pernah menyusun strategi perjuangan gerilya terhadap Belanda. Meski dalam kondisi sakit, namun beliau tetap berjuang. Tempat Panglima Sudirman menyusun strategi ini dulunya berupa rumah kayu kecil dan sering disebut pesanggrahan”.

Pesanggrahan ini terletak di Desa Bajulan Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk. Rumah tersebut dibangun pada tahun 1949. Oleh Pemerintah Kabupaten Nganjuk melalui dinas Pariwisata, pesanggrahan ini kemudian dipugar dan dijadikan sebagai Museum.

Terdapat sebuah lukisan besar Jendral Sudirman, dan sebuah replika rumah kayu atau pesanggrahan. Di dalam rumah sederhana tersebut, Jendral Sudirman menyusun strategi melawan Belanda. Dihalam depan terdapat patung yang menggambarkan sosok sang jendral yang tengah berdiskusi dengan pejuang lain untk menyusun strategi perang selanjutnya.

Menurut salah satu warga yang menjadi saksi hidup perjuangan Sudirman, Mbah Jirah, meski dalam kondisi sakit, namun sang Jendral tetap berjuang dan terus menyusun strategi untuk memukul mundur pasukan Belanda.

“Saya saat itu masih gadis, dan tahu sendiri perjuangan pak Dirman ini. Pas itu beliau sakit parah, tapi tetap melakukan rapat nyusun cara agar bisa melawan sekutu. Pernah waktu itu hujan deras, sini sudah dikepung pasukan Belanda, tapi hujan derasnya jadi tambah hujan angin, akhirnya pasukan Belanda itu berhasil dipukul mundur,” ujar Mbah Jirah dengan dialek Jawa yang kental.

Jendral Sudirman berada di pesanggrahan selama 9 hari untuk menyusun strategi perang melawan sekutu. Di tempat ini terdapat beberapa lokasi yang sampai saat ini masih bisa kita lihat seperti, tumpukan batu besar yang digunakan Sudirman untuk melakukan diskusi, sebuah air mancur dari bambu tempat Sudirman berwudhu masih bisa kita jumpai di pesanggrahan ini
Sementara itu, menurut Jogotirto Bajukan, Sutaji, bila hari biasa, Museum Sudirman ini jarang dikunjungi wisatawan. Namun pada akhir pekan banyak pengunjung yang datang.

“Dulu kondisinya sepi di museum ini, karena memang belum banyak yang tahu. Tapi sejak adanya tempat wisata roro kuning, setiap Sabtu dan Minggu banyak pengunjung yang datang kesini. Karena memang tempatnya berdekatan,” ujar Sutaji.

Diharapkan dengan adanya Museum Sudirman ini, akan banyak warga yang mengenal sosok Jendral Besar Sudirman dan perjuangannya dalam merenut kemerdekaan Bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *