BUDAYA  

Nyadran, Tradisi Warga Candirejo yang Tetap Langgeng Ratusan Tahun

Nyadran
Caption: Warga berebut lengkong yang telah didoakan dalam tradisi nyadran di Candi Lor, Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Kamis (25/3/2021)

Nganjuk, srtv.co.id – Ada tradisi unik yang dilakukan warga Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tiap tanggal 11 dan 12 Bulan Ruwah atau Syakban saban tahunnya.

Setiap tanggal tersebut masyarakat Candirejo melakukan prosesi bersih desa atau nyadran. Nyadran merupakan warisan leluhur yang tetap lestari hingga kini, tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun.

Kades Candirejo, Ronny Giat Brahmanto menjelaskan, saban tahun tradisi ini dilangsungkan di lima tempat, yakni di Candi Lor, Punden Mbah Gedong, Petilasan Mbah Lengo, Rumah Kades dan di Balai Desa.

“Bersih desanya (berupa) selamatan bersama,” kata Ronny kepada srtv.co.id usai prosesi nyadran di kompleks Candi Lor, Desa Candirejo, Kamis (25/3/2021) kemarin.

Prosesi nyadran diawali dari para warga membuat lengkong, wadah dari pelepah pisang berisi nasi dan ayam bakar beserta lauk-pauk. Oleh warga, lengkong tersebut dibawa ke lima lokasi pelaksanaan nyadran.

Setelah sampai di lokasi nyadran, sesepuh desa setempat memanjatkan doa dengan tata cara Agama Islam. Seusai didoakan, lengkong tersebut dibagikan ke warga yang sudah berkumpul di lokasi.

Ronny menuturkan, tradisi nyadran ini dimaksudkan untuk menolak bala. Supaya warga Desa Candirejo selamat dan diberikan kemudahan serta kelancaran dalam setiap hajatnya.

“Harapannya adalah simbol atau pertanda tolak bala untuk warga Desa Candirejo, agar dalam mengarungi kehidupan setelah ini bisa lebih baik dan lebih sejahtera,” jelasnya.

Prosesi nyadran di Desa Candirejo ditutup dengan langen bekso tayuban yang berlangsung di balai desa setempat.

Menurut Ronny, biasanya langen bekso berlangsung dua hari penuh. Namun karena sekarang masih pandemi Covid-19, prosesi langen bekso hanya berlangsung sehabis salat zuhur hingga petang.

“Ini tradisi Desa Candirejo yang sudah berates-ratus tahun ada, namanya langen bekso. Biasanya 48 jam langen bekso-nya, tapi karena ada pandemi, maka cukup setelah nanti habis salat zuhur,” ungkap Ronny.

“Kalau tradisi ini sudah bertahun-tahun dilaksanakan oleh leluhur. Jadi kita nguri-nguri tradisi tersebut,” sambung dia.

Tradisi nyadran di Desa Candirejo dihadiri pengusaha sukses asli Nganjuk, Panito. Ia hadir karena merasa menjadi bagian dari warga Candirejo, dan karena ia secara khusus diundang Kades Ronny.

“Saya bersyukur sekali, karena saya juga merasa (sebagai) warga Candirejo karena garasi bus Exindo 57 ada di Desa Candirejo,” ujar Direktur PT Exindo 57 itu.

Panito menuturkan, tradisi nyadran di Desa Candirejo merupakan warisan leluhur yang tetap harus dilestarikan. Oleh karenanya, ia akan selalu mendukung upaya pelestarian budaya semacam ini.

“Ini (nyadran) warisan dari leluhur kita yang perlu kita lestarikan. Kita panjatkan doa, mudah-mudahan kehidupan kita menjadi lebih baik. Kita bersyukur, mensyukuri keadaan yang ada,” papar Panito.

“Dan mudah-mudahan pandemi yang ada sekarang ini, Corona, segera berlalu supaya hidup kita lebih baik. Perekonomian berjalan lancar dan normal kembali, semuanya berdoa untuk seperti itu,” pungkas dia.

Editor: Hasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *