Berita  

Setahun Diresmikan, Pasar Baru Kertosono Ditinggalkan Pedagang dan Pembeli, Ada Apa?

Nganjuk, SRTV.CO.ID – Lebih dari setahun sejak diresmikan dengan meriah, nasib Pasar Baru Kertosono kini justru memprihatinkan.
Kondisi pasar yang kotor dan tak terurus seolah mencerminkan denyut ekonominya yang mati suri.
Para pedagang satu per satu meninggalkan lapaknya, sementara mereka yang bertahan harus menelan pil pahit sepinya pembeli.
Saat memasuki pasar, suasana hening langsung menyambut. Eskalator yang mati, tangga yang kotor, dan kotoran burung berserakan menjadi pemandangan yang lazim.
Menurut para pedagang, kondisi ini adalah cerminan dari sepinya aktivitas jual beli.
Banyak pedagang yang sudah angkat kaki karena dagangannya tak laku, menyisakan lapak-lapak kosong yang berdebu.
Lasmiati (60), seorang pedagang panci, piring, dan peralatan rumah tangga lainnya, menjadi salah satu saksi bisu matinya pasar ini.
Sejak 1985, warga Desa Kudu, Kecamatan Kertosono ini telah melewati berbagai pasang surut berdagang di Pasar Kertosono, termasuk kebakaran hebat yang menghanguskan lapak lamanya.
Namun, ia tak pernah menyangka akan mengalami masa sesepi ini. Ia mengingat pasar terakhir rame itu saat diresmikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa pada Senin 5 Januari 2024, setahun lebih yang lalu. “Ramenya ya waktu diresmikan Gubernur dulu,” kata dia kepada wartawan.
Setelah peresmian itu, lapaknya sepi pembeli, keadaan itu terus berlanjut hingga saat ini. Saking sepinya, ia seringkali pulang dengan tangan hampa meskipun sudah menunggu sejak pagi.
“Sepuluh hari ini saya enggak dapat uang sama sekali,” ungkapnya.
Lasmiati mengaku sering menutup lapaknya pada pukul 11 siang karena tidak ada lagi yang bisa diharapkan.
“Kalau buka sampai sore ya nunggu siapa. Ngapain nunggu kalau enggak ada yang beli,” ujarnya.
Namun, ia tetap datang setiap hari. Keputusan ini bukan tanpa alasan, ia takut lapaknya ditarik kembali oleh pemerintah jika tidak ditempati.
“Kalau saya enggak jualan ya ini nanti lapaknya dicabut,” jelasnya.
Nasib serupa dialami oleh Siti Munawiah (58), pedagang lain dari Desa Banaran.
Siti mengaku dalam tiga hari terakhir, tidak ada satu pun barang dagangannya yang laku.
“Kadang kalau ramai bisa dapat Rp 150 ribu, setelah itu sepi tiga hari tidak dapat uang,” ungkap Siti.
Para pedagang meyakini, sepinya pasar ini disebabkan oleh pergeseran kebiasaan pembeli.
Warga kini lebih memilih berbelanja di luar area pasar karena akses parkir yang lebih mudah.
“Orang-orang lebih memilih beli di luar, soalnya gampang,” tutur Siti.
Di tengah kondisi yang berat ini, para pedagang yang masih bertahan berharap pemerintah daerah turun tangan.
Mereka mendesak agar pedagang yang berjualan di luar area pasar ditertibkan sehingga aktivitas jual beli dapat kembali terpusat di dalam.
“Inginnya ya pedagang di luar ditertibkan. Kalau semua pedagang masuk, pasti ramai lagi,” harapan Siti.
Sementara itu Mutmainnah (50) pembeli mengaku tidak pernah sekalipun belanja di dalam pasar baru Kertosono bahkan semenjak pasar itu diresmikan.
“Tidak pernah, sejak diresmikan. Lihat salam aja gak pernah,” ucap pembeli asal kecamatan Kertosono itu.
Mutmainnah mengaku lebih suka Driver tru atau membeli dari kendaraan di pedagang yang jualan di luar pasar atau pinggir jalan pasar.
Reporter : Inna Dewi Fatimah
Editor : Tim Redaksi SRTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *